Monday, May 14, 2012

Pelatihan Menulis IPEBI


Pelatihan Menulis IPEBI (Ikatan Pegawai Bank Indonesia)
Di Museum Bank Indonesia 5 Mei 2012
           
“Saya sudah tidak sabar ingin memulai training. Banyak sekali ide di kepala yang ingin saya tuangkan ke dalam tulisan,” demikian kata Ibu Hasti Adiani Dwiputranti, salah seorang peserta di Museum Bank Indonesia, Sabtu, 5 Mei 2012.

Yap, antusiasme peserta memang terlihat begitu besar. Bahkan, saat tim Galeri Kelas Ajaib mengajukan proposal beberapa bulan sebelum hari H, antusiasme itu sudah terlihat. Bapak-bapak dan ibu-ibu sepakat memilih jenis pelatihan menulis kisah inspiratif. Menulis, selain bisa menjadi ajang mengekspresikan diri, juga bisa menjadi refreshing di sela-sela rutinitas kantor mereka yang padat. Dengan menulis, insya Allah mereka juga berbagi. Berbagi pengalaman berkesan dan berhikmah kepada pembaca. Dan, kalau rajin menulis, pastinya ada income tambahan juga, bukan?

Acara dimulai tepat pukul 08.30 WIB. Pembukaan  dilakukan oleh MC Wylvera Windayana, disusul dengan kata sambutan dari IPEBI yang diwakili oleh Ibu Swastika Dwi P. dari bidang pendidikan IPEBI. Ibu Swastika mengatakan bahwa baru kali ini mereka mengadakan pelatihan penulisan. Intinya mereka berharap, ini bukan pelatihan terakhir. Harapan yang sama diamini oleh Galeri Kelas Ajaib. Semoga kerja sama ini terus berlanjut.
  
Kata sambutan berikutnya disampaikan oleh Benny Rhamdani selaku penasihat Galeri Kelas Ajaib. Benny Rhamdani menyampaikan uraian singkat tentang berdirinya Galeri Kelas Ajaib. Seperti biasa, meski “cuma” kata sambutan, selalu ada hal lain yang ditawarkan creator dan penulis serba bisa ini, yakni games menarik berhadiah buku dan selipan humornya yang khas. Ruangan yang dingin, seketika terasa hangat. Wajah-wajah peserta yang tadinya serius, kini berubah ceria.

Materi pertama penulisan kisah inspiratif disampaikan oleh saya sendiri. Mulai dari pengenalan jenis dasar tulisan, jenis kisah-kisah inspiratif, cara menggali ide, sampai self editing. Sebenarnya, di susunan acara awal, ada dijadwalkan waktu khusus untuk tanya jawab antara pemateri dan peserta. Namun, ternyata, peserta merasa lebih nyaman bila langsung melontarkan pertanyaan saat materi tengah disampaikan.

Pertanyaan awal dari seorang peserta waktu itu adalah, “Mengapa yang menulis kisah-kisah inspiratif kebanyakan perempuan?”

Saya menjawab bahwa berdasarkan penelitian, perempuan memiliki area pengendali keterampilan berbicara, yang cukup besar di otak. Sedangkan pada laki-laki, hanya satu titik kecil. Jadi, perempuan cenderung untuk berbicara, mengeluarkan unek-unek (curhat) yang ada dalam pikiran dan perasaan mereka dibandingkan laki-laki. Dalam sehari, laki-laki mengatakan 2000-4000 kata saja. Sedangkan perempuan, bisa tiga kali lipatnya! Nah, daripada curhat ini menguap bersama angin, sebaiknya dituangkan ke dalam tulisan.

Pertanyaan lain yang terlontar adalah :

“Apakah boleh bila judul tidak berhubungan dengan isi?”

“Bagaimana cara menyambung berbagai kisah pendek dalam satu naskah dan kisah-kisah tersebut memiliki benang merah yang sama?”

“Apakah tulisan Samuel Mulia yang ada di Kompas Minggu termasuk kisah inspiratif?” Ehm, untung saya selalu membaca tulisan Samuel Mulia di Kompas Minggu. Saat memberikan pelatihan, saya menyadari, betapa kegiatan membaca menjadi hal penting, bahkan menjadi salah satu modal utama seorang pemateri! Masih banyak pertanyaan lain yang dilontarkan para peserta. Terkadang, pertanyaan mereka mengundang senyum.

Materi pertama diselingi games supaya peserta tidak jenuh dan mengantuk. Games dipandu oleh MC. Seru sekali melihat peserta berpikir dan menyusun kartu-kartu games. Kelompok terbaik mendapat hadiah buku karya tim Galeri Kelas Ajaib. Asyik!

Setelah games dan penyampaian materi pertama selesai, peserta diberi tugas praktik menulis. Tugas akan direview setelah waktu istirahat usai.

Tulisan-tulisan peserta mengundang decak kagum Galeri Kelas Ajaib. Kisah yang mereka tulis bervariasi. Ada yang kocak, ada pula yang mengharukan. Misalnya, Ibu Swastika menulis tentang pengalamannya saat masih tinggal di kamp tentara. Wow, siapa sangka Ibu Swastika yang lemah lembut dan ayu dulunya sering berhadapan dengan bunyi letusan pistol di kamp? Pak Sutedjo lain lagi. Beliau menulis kisah saat beliau “diteror” oleh seseorang yang merantau ke Jakarta demi mengikuti ajang idol-idol-an.

Selesai review, sesi berikutnya dilanjut dengan penyampaian materi kedua oleh Fitria Chakrawati. Materi kedua berisi tentang motivasi menulis kisah inspiratif dan tips trik mengirim cerita inspiratif ke media cetak dan penerbit. Seperti biasa, peserta langsung melontarkan pertanyaan saat materi sedang disampaikan. Di ujung acara, peserta berharap tulisan mereka dapat terbit dalam bentuk buku. Galeri Kelas Ajaib sangat mendukung. Tema yang diangkat sudah ditentukan. Nanti, tulisan-tulisan peserta dikumpulkan, diedit, dan diajukan ke penerbit.

Pukul 16.00 WIB, acara yang dihadiri 35 peserta ini berakhir. Sabtu depan 12 Mei 2012, pelatihan menulis dilanjut. Sesi deg-degan dan mengundang rasa penasaran peserta. Apa lagi kalau bukan sesi Kursi Listrik! [] bersambung (Haya Aliya Zaki)

0 comments:

Post a Comment