Thursday, May 17, 2012

Pelatihan Menulis IPEBI (Part-2)


Pelatihan Menulis IPEBI (Ikatan Pegawai Bank Indonesia)
Di Museum Bank Indonesia 12 Mei 2012

            

Suasana pelatihan menulis IPEBI minggu kedua tampak berbeda dengan suasana di minggu pertama. Ruangan pelatihan mendadak bernuansa biru muda. Yap, pasalnya, para pemateri dan peserta kompak memakai kaus Galeri Kelas Ajaib berwarna biru muda yang keren.

Acara dimulai dengan senam kecil yang dipimpin oleh Wylvera Windayana. Sekilas, mungkin senam ini terlihat seperti senam biasa. Namun, sesungguhnya, senam yang dikreasikan oleh tim Galeri Kelas Ajaib ini sangat bermanfaat bagi peserta, yakni untuk merangsang otak kanan dan otak kiri. Selama ini peserta terbiasa menggunakan otak kiri saat menjalankan rutinitas mereka. Padahal, saat menulis, kedua sisi otak ini harus sama-sama aktif.

Selesai senam, acara dilanjut dengan pemutaran film pendek oleh Benny Rhamdani. Film pendek yang sangat menyentuh, bercerita tentang seorang ayah yang rela mengorbankan seluruh hidupnya demi merawat anaknya yang menderita penyakit cerebral palsy. Benny Rhamdani berusaha membangun mood peserta dalam menulis kisah inspiratif.

Berikutnya, apa lagi kalau bukan sesi Kursi Listrik!

Sesi Kursi Listrik adalah sesi di mana para peserta diminta “pertanggungjawaban” atas naskah yang telah mereka tulis. Satu per satu peserta dipersilakan duduk di “Kursi Listrik” yang sebenarnya hanya kursi biasa yang berwarna biru. Benny Rhamdani me-review naskah peserta secara detail dan komprehensif.

Selesai istirahat, sesi review dilakukan oleh Wylvera Windayana dan terakhir, saya sendiri. Yang paling berkesan bagi saya di sesi ini ialah, ada peserta yang meneteskan air mata saat naskahnya saya review. Ternyata, naskah ini menceritakan drama kehidupannya yang paling rumit. Peserta terharu ketika menceritakan sedikit tentang naskah yang ia tulis kepada saya.

Tim Galeri Kelas Ajaib menilai, secara keseluruhan, tulisan para peserta sudah oke. Sebagian ada yang perlu direvisi, sebagian tidak. Tampaknya, peserta bisa menerima penjelasan dan arahan pemateri Galeri Kelas Ajaib dengan baik. Naskah-naskah peserta rencananya akan diajukan ke penerbit. Satu tema sudah disepakati. Semoga dengan lahirnya buku ini nanti, para peserta semakin giat berkarya. Bahkan, Mbak Suci Angelia, salah seorang peserta, berkata, “Kami sangat senang ikut training ini. Selama ini banyak hal kecil tapi berhikmah yang terlewat begitu saja. Mulai sekarang, saya akan menuliskannya. Bermanfaat bagi saya, bermanfaat bagi pembaca.” Alhamdulillah. 


 Acara ditutup dengan penyerahan sertifikat dari Sokat Rachman dan saya dari Galeri Kelas Ajaib kepada IPEBI yang diwakilkan oleh Ibu Hasti Adiani Dwiputranti dan Pak Dudy Iskandar. Wylvera Windayana menyerahkan hadiah buku kepada Pak Priyono, peserta dengan naskah terbaik.


Terakhir, boleh, dong, narsis-narsisan. Tim Galeri Kelas Ajaib berfoto bersama dengan peserta IPEBI. Semoga kerja sama ini terus terjalin. Yuk, mari menulis! [] Haya Aliya Zaki

Read more »

Monday, May 14, 2012

Pelatihan Menulis IPEBI


Pelatihan Menulis IPEBI (Ikatan Pegawai Bank Indonesia)
Di Museum Bank Indonesia 5 Mei 2012
           
“Saya sudah tidak sabar ingin memulai training. Banyak sekali ide di kepala yang ingin saya tuangkan ke dalam tulisan,” demikian kata Ibu Hasti Adiani Dwiputranti, salah seorang peserta di Museum Bank Indonesia, Sabtu, 5 Mei 2012.

Yap, antusiasme peserta memang terlihat begitu besar. Bahkan, saat tim Galeri Kelas Ajaib mengajukan proposal beberapa bulan sebelum hari H, antusiasme itu sudah terlihat. Bapak-bapak dan ibu-ibu sepakat memilih jenis pelatihan menulis kisah inspiratif. Menulis, selain bisa menjadi ajang mengekspresikan diri, juga bisa menjadi refreshing di sela-sela rutinitas kantor mereka yang padat. Dengan menulis, insya Allah mereka juga berbagi. Berbagi pengalaman berkesan dan berhikmah kepada pembaca. Dan, kalau rajin menulis, pastinya ada income tambahan juga, bukan?

Acara dimulai tepat pukul 08.30 WIB. Pembukaan  dilakukan oleh MC Wylvera Windayana, disusul dengan kata sambutan dari IPEBI yang diwakili oleh Ibu Swastika Dwi P. dari bidang pendidikan IPEBI. Ibu Swastika mengatakan bahwa baru kali ini mereka mengadakan pelatihan penulisan. Intinya mereka berharap, ini bukan pelatihan terakhir. Harapan yang sama diamini oleh Galeri Kelas Ajaib. Semoga kerja sama ini terus berlanjut.
  
Kata sambutan berikutnya disampaikan oleh Benny Rhamdani selaku penasihat Galeri Kelas Ajaib. Benny Rhamdani menyampaikan uraian singkat tentang berdirinya Galeri Kelas Ajaib. Seperti biasa, meski “cuma” kata sambutan, selalu ada hal lain yang ditawarkan creator dan penulis serba bisa ini, yakni games menarik berhadiah buku dan selipan humornya yang khas. Ruangan yang dingin, seketika terasa hangat. Wajah-wajah peserta yang tadinya serius, kini berubah ceria.

Materi pertama penulisan kisah inspiratif disampaikan oleh saya sendiri. Mulai dari pengenalan jenis dasar tulisan, jenis kisah-kisah inspiratif, cara menggali ide, sampai self editing. Sebenarnya, di susunan acara awal, ada dijadwalkan waktu khusus untuk tanya jawab antara pemateri dan peserta. Namun, ternyata, peserta merasa lebih nyaman bila langsung melontarkan pertanyaan saat materi tengah disampaikan.

Pertanyaan awal dari seorang peserta waktu itu adalah, “Mengapa yang menulis kisah-kisah inspiratif kebanyakan perempuan?”

Saya menjawab bahwa berdasarkan penelitian, perempuan memiliki area pengendali keterampilan berbicara, yang cukup besar di otak. Sedangkan pada laki-laki, hanya satu titik kecil. Jadi, perempuan cenderung untuk berbicara, mengeluarkan unek-unek (curhat) yang ada dalam pikiran dan perasaan mereka dibandingkan laki-laki. Dalam sehari, laki-laki mengatakan 2000-4000 kata saja. Sedangkan perempuan, bisa tiga kali lipatnya! Nah, daripada curhat ini menguap bersama angin, sebaiknya dituangkan ke dalam tulisan.

Pertanyaan lain yang terlontar adalah :

“Apakah boleh bila judul tidak berhubungan dengan isi?”

“Bagaimana cara menyambung berbagai kisah pendek dalam satu naskah dan kisah-kisah tersebut memiliki benang merah yang sama?”

“Apakah tulisan Samuel Mulia yang ada di Kompas Minggu termasuk kisah inspiratif?” Ehm, untung saya selalu membaca tulisan Samuel Mulia di Kompas Minggu. Saat memberikan pelatihan, saya menyadari, betapa kegiatan membaca menjadi hal penting, bahkan menjadi salah satu modal utama seorang pemateri! Masih banyak pertanyaan lain yang dilontarkan para peserta. Terkadang, pertanyaan mereka mengundang senyum.

Materi pertama diselingi games supaya peserta tidak jenuh dan mengantuk. Games dipandu oleh MC. Seru sekali melihat peserta berpikir dan menyusun kartu-kartu games. Kelompok terbaik mendapat hadiah buku karya tim Galeri Kelas Ajaib. Asyik!

Setelah games dan penyampaian materi pertama selesai, peserta diberi tugas praktik menulis. Tugas akan direview setelah waktu istirahat usai.

Tulisan-tulisan peserta mengundang decak kagum Galeri Kelas Ajaib. Kisah yang mereka tulis bervariasi. Ada yang kocak, ada pula yang mengharukan. Misalnya, Ibu Swastika menulis tentang pengalamannya saat masih tinggal di kamp tentara. Wow, siapa sangka Ibu Swastika yang lemah lembut dan ayu dulunya sering berhadapan dengan bunyi letusan pistol di kamp? Pak Sutedjo lain lagi. Beliau menulis kisah saat beliau “diteror” oleh seseorang yang merantau ke Jakarta demi mengikuti ajang idol-idol-an.

Selesai review, sesi berikutnya dilanjut dengan penyampaian materi kedua oleh Fitria Chakrawati. Materi kedua berisi tentang motivasi menulis kisah inspiratif dan tips trik mengirim cerita inspiratif ke media cetak dan penerbit. Seperti biasa, peserta langsung melontarkan pertanyaan saat materi sedang disampaikan. Di ujung acara, peserta berharap tulisan mereka dapat terbit dalam bentuk buku. Galeri Kelas Ajaib sangat mendukung. Tema yang diangkat sudah ditentukan. Nanti, tulisan-tulisan peserta dikumpulkan, diedit, dan diajukan ke penerbit.

Pukul 16.00 WIB, acara yang dihadiri 35 peserta ini berakhir. Sabtu depan 12 Mei 2012, pelatihan menulis dilanjut. Sesi deg-degan dan mengundang rasa penasaran peserta. Apa lagi kalau bukan sesi Kursi Listrik! [] bersambung (Haya Aliya Zaki)

Read more »

Bukan Penulis Biasa


Menjadi Penulis dengan Pelatihan Menulis Bukan Penulis Biasa

Bertempat di ruang Perpustakaan, Museum Bank Mandiri, Kota, Jakarta, sebanyak 28 anak berusia 7 hingga 12 tahun mengikuti pelatihan menulis ”Bukan Penulis Biasa”, yang diadakan selama dua hari, Sabtu dan Minggu, 5 dan 6 Mei 2012 oleh Galeri Kelas Ajaib (GKA).

Pelatihan menulis ”Bukan Penulis Biasa” dibimbing langsung oleh kak Benny Rhamdani, penulis cerita anak, founder Galeri Kelas Ajaib, yang juga chief editor di salah satu penerbit nasional.

Setelah melakukan registrasi ulang, hari pertama pelatihan diisi dengan perkenalan peserta yang dipandu oleh kak Indah Juli dan kak Erna Fitrini. Peserta diminta menuliskan nama, hobby, cita-cita dan hal menarik lainnya dari teman yang duduk di sebelahnya. Awalnya malu-malu, akhirnya para peserta bisa saling mengenal teman-temannya.

Setelah itu, ada sharing motivasi penulisan dari salah satu penulis cilik yang sudah menerbitkan 4 buku yaitu, Kak Alya Namira Nasution atau Kak Dinda. Menurut Kak Dinda, dengan ikut pelatihan menulis bisa memotivasi untuk semangat menulis. ”Tapi, jadi penulis itu harus sabar saat mau menerbitkan buku, karena nggak bisa langsung jadi buku. Aku menunggu satu tahun baru punya buku sendiri,” kata Kak Dinda yang baru-baru ini memenangkan lomba penulisan di salah satu penerbit nasional.

Setelah sharing kak Dinda, akhirnya tibalah waktu belajar menulis bersama kak Benny Rhamdani. Supaya adik-adik peserta tidak bosan, kak Benny mengajak adik-adik bermain kata membentuk suatu cerita. Misalnya kak Benny berkata : ”Suatu hari, kak Benny berjalan, tiba-tiba menemukan...?"  Dilanjut oleh peserta yang ditunjuk kak Benny, dengan kalimat : menemukan seekor kucing.

Kucing itu lucu seperti...” kata kak Benny lagi sambil meminta peserta yang lain melanjutkannya.

Para peserta pun merangkaikan kalimat yang diberikan kak Benny menjadi suatu cerita. Tak jarang adik-adik peserta memberikan jawaban yang lucu dan mengundang tawa.

Sesi pemanasan berakhir, kak Benny pun memulai pemberian materi pelatihan yaitu tentang mencari ide yang unik. Adik-adik peserta serius mengikuti materi yang diberikan, apalagi kak Benny menyelinginya dengan meminta peserta membuat kalimat sesuai dengan materi yang diberikan. Misalnya membuat dialog, narasi, kalimat pembuka atau deskripsi.

Pelatihan menulis hari pertama berakhir sekitar pukul 3 sore, dan kak Benny pun memberikan tugas membuat cerpen sepanjang 4 sampai 6 halaman berdasarkan grup yang dibentuk kak Benny, yaitu grup makanan tradisional, alat musik, pakaian, dan hobby. Cerpen akan dibahas pada pelatihan hari kedua, Minggu 6 Mei 2012.

Dengan memakai kaos ”Bukan Penulis Biasa” peserta pelatihan berkumpul kembali di hari kedua pelatihan di ruang perpustakaan Museum Bank Mandiri, Jakarta. Hari kedua, adalah hari ”Kursi Listrik”. Apa itu? Kursi listrik ini hanyalah istilah untuk pembahasan naskah cerita yang telah dikerjakan adik-adik peserta pelatihan. Satu persatu peserta maju ke depan, menceritakan tentang naskah yang telah ditulisnya, kemudian kak Benny memberikan perbaikan yang harus dilakukan peserta agar naskahnya lebih baik lagi.

Di sesi ini, ada peserta yang sudah siap mempresentasikan naskahnya. Ada yang malu-malu, dan ditemani bundanya. Ada juga yang nggak mau maju ke depan, bukan karena malu tapi karena tidak pede, hehehe.

Tibalah saatnya pelatihan menulis ”Bukan Penulis Biasa” diakhiri. Sebelum foto bersama dan pembagian sertifikat, kak Benny Rhamdani memberikan tugas menulis kepada 28 peserta pelatihan, yaitu membuat naskah novel atau kumpulan cerita (bisa dipilih salah satu), yang dikerjakan dalam waktu satu bulan. Kak Benny berharap, seluruh peserta pelatihan menulis ”Bukan Penulis Biasa” mengirimkan naskah ceritanya sehingga kak Benny bisa mengoreksi dan siapa tahu peserta pelatihan bisa menerbitkan hasil karyanya. Itulah sekilas cerita tentang pelatihan menulis yang digelar Galeri Kelas Ajaib ini. Sampai jumpa dalam pelatihan menulis berikutnya


Read more »

Tuesday, May 1, 2012

Aksi GKA di Harian Analisa Medan

Harian Analisa Medan
Edisi Minggu, 29 April 2012

Read more »

Thursday, April 26, 2012

Pelatihan Menulis di Panti Asuhan Muslimin Jakarta Pusat : Yang Pertama Selalu Istimewa

Hari Minggu tanggal 22 April 2012, adalah minggu terakhir bagi kami, para trainers Galeri Kelas Ajaib, untuk memberikan pelatihan menulis di Panti Asuhan Muslimin, Jakarta Pusat. Kebetulan, yang mendapat giliran terakhir memberikan pelatihan adalah saya dan Kak Indah Juli

Bagi saya, mengajar bukanlah hal baru. Selama ini saya bekerja sebagai dosen di sebuah akademi kesehatan di Jakarta Barat. Namun, mengajar tentang teori menulis secara offline? Ini yang pertama! 

Beberapa hari sebelum pelatihan, saya dan Kak Indah berdiskusi tentang materi dan games yang akan kami suguhkan untuk anak-anak panti nanti. Materinya tentang editing. Alhamdulillah, yang saya rasakan, pengalaman saya mengedit beberapa buku KKPK Dar! Mizan, sangat membantu saat kami menyusun materi. 

Pada hari H, saya sampai di panti setengah jam sebelum acara. Di sana sudah ada Kak Indah. Tak berapa lama, Ratih Soe datang. Saya, Kak Indah, dan Ratih membahas tulisan anak-anak panti. Terima kasih sekali kepada Ratih Soe yang telah bersusah payah mengirimkan semua tulisan anak-anak panti via Facebook dan e-mail supaya kami bisa turut mengikuti perkembangan menulis mereka. 

Sepuluh menit kemudian, Kak Wylvera Windayana dan Mas Sokat Rachman datang. Mas Sokat, ketua Galeri Kelas Ajaib, bercakap-cakap dengan panitia sebentar. Kemudian, kami dan panitia membahas rencana penerbitan tulisan anak-anak panti dalam bentuk buku, setelah pelatihan ini berakhir. 

Saya mendapat giliran pertama melakukan presentasi. Berhubung pesertanya adalah anak-anak, kami membuat tampilan presentasi berisi poin-poin dengan kalimat-kalimat singkat saja. Sesekali, tampilan presentasi diselingi gambar kartun yang lucu-lucu. Contoh soal langsung diambil dari tulisan anak-anak panti. Anak-anak panti tampak antusias menjawab.
          
Saat mengajar, saya menyelipkan wawasan yang unik-unik supaya suasana belajar tidak monoton. Misalnya, ketika menjelaskan materi Judul, saya memberitahu anak-anak panti tentang penulis yang memiliki buku dengan judul terpanjang di dunia, booming judul sinetron yang yang memakai nama tokoh, judul-judul cerita yang seperti di Majalah Hidayah, dan lain-lain.

Setelah bagian materi yang harus saya sampaikan selesai, Kak Indah lanjut menyampaikan presentasi. Gaya Kak Indah yang kocak membuat anak-anak panti tertawa. Apalagi, saat Kak Indah memimpin acara games. Benar-benar seru! Senangnya melihat binar mata anak-anak panti yang menang games dan mendapat hadiah buku. Foto-fotonya bisa dilihat di halaman ini. Terima kasih foto-fotonya, Kak Wylvera.:)

Alhamdulillah, presentasi berjalan lancar. Seperti kata Mas Benny Rhamdani di pelatihan Writer for Trainer, semua yang dipersiapkan dengan baik akan membuat kita tampil percaya diri dan pastinya, optimal saat menyampaikan materi. 

Sebelum kelas bubar, kami membagi-bagikan fotokopi materi editing lengkap kepada anak-anak panti untuk mereka pelajari. Semoga materi ini berguna karena kami paham ketersediaan buku-buku panduan menulis di panti sangat terbatas. 

Di akhir kelas, saya bertemu langsung dengan Dyah P. Rinni (selama ini komunikasi hanya via Facebook). Dyah-lah yang menjadi “jembatan” pertemuan antara trainers Galeri Kelas Ajaib dengan anak-anak panti. Terima kasih banyak, Dyah dan teman-teman panitia.:) 

Aha, tiba sesi terakhir. Terakhir tapi tak kalah seru! Mau tahu? Pastilah foto-foto narsis! Hahaha! Sebelum berpisah, seluruh trainers Galeri Kelas Ajaib, panitia, anak-anak panti, dan ibu panti berfoto bersama. Ah, siapa bilang kami tak bisa bergaya? Foto model saja kalah! Hahaha! 
Hm, yang pertama memang selalu istimewa. Sesungguhnya, di satu sisi, saya pribadi merasa bahagia bisa berbagi kepada anak-anak panti. Namun, di sisi lain, seperti ada yang tercerabut dari hati saya. Mereka, anak-anak panti yang polos. Sebenarnya, mereka menyimpan banyak potensi dan memiliki semangat menulis yang tinggi. Saya berharap, mereka mendapatkan kesempatan untuk terus belajar dan mengembangkan kemampuan menulis mereka. 

Semoga kita bisa bertemu lagi di lain waktu. Teruslah tajamkan penamu, Adik-adikku .... [] Haya Aliya Zaki

Read more »

Friday, April 20, 2012

Pertemuan Kelima Pelatihan Menulis "Ini Karyaku!" di PA Muslimin

by Fita Chakra & Ratih Soe

  1.  Pelatih membagikan materi presentasi dari pertemuan-pertemuan sebelumnya, dan karya yang sudah dikomentari.
  2. Untuk mengulas beberapa kesalahan tata bahasa yang ditemukan dalam tugas di minggu-minggu sebelumnya, peserta diminta mengerjakan latihan tertulis yang dikerjakan berpasangan. 
  3. Setelah jawaban dibahas, pasangan dengan jawaban benar terbanyak mendapat hadiah alat tulis. 
  4. Diskusi berpasangan:  peserta membagikan kertas berisi hal-hal yang membuat awal cerita jadi menarik.  Peserta diminta menjodohkan setiap poin di kertas dengan penggalan-penggalan awal cerita yang akan mereka lihat di layar.
  5. Pelatih menampilkan satu per satu penggalan-penggalan bagian awal cerpen di layar sementara peserta mengerjakan soal. 
  6. Setelah jawaban dibahas, pasangan dengan jawaban benar terbanyak mendapat hadiah alat tulis. 
  7. Pelatih menjelaskan cara membuat awal yang menarik, lalu memunculkan penggalan-penggalan
  8. awal cerpen dan membahasnya bersama peserta. 
  9. Peserta mengidentifikasi: 1. Emosi kuat yang melanda tokoh | 2. Aksi/gerak dinamis tokoh | 3. Pengaktifan panca indera | 4. Interaksi antar tokoh | 5. Mahluk yang unik | 6. Deskripsi tempat yang unik | 7. Situasi yang aneh
  10. Peserta memperbaiki bagian awal tulisan mereka dalam waktu 15 menit.  Pelatih memilih dua tulisan untuk dibaca keras dan dikomentari, lalu memilih satu yang layak mendapat hadiah buku.
  11. Pelatih menjelaskan cara membuat bagian tengah yang menarik, lalu memunculkan penggalan-penggalan bagian tengah cerpen dan membahasnya bersama peserta.  Peserta mengidentifikasi: 1. Tokoh | 2. Konflik | 3. Emosi tokoh yang digali
  12. Peserta memperbaiki bagian bagian tengah tulisan mereka dalam waktu 15 menit.  Pelatih memilih tiga tulisan untuk dibaca keras dan dikomentari, lalu memilih dua yang layak mendapat hadiah buku.
  13. Pelatih menjelaskan cara membuat akhir yang menarik, lalu memunculkan penggalan-penggalan bagian akhir cerpen dan membahasnya bersama peserta.  Peserta mengidentifikasi bentuk kejutan (fakta baru/pesan moral/misteri/komedi) dan isi kejutan. 
  14. Peserta memperbaiki bagian bagian akhir tulisan mereka dalam waktu 15 menit.  Pelatih memilih empat tiga tulisan untuk dibaca keras dan dikomentari, lalu memilih tiga yang layak mendapat hadiah buku.
  15. Pelatih membagikan hadiah-hadiah buku yang belum dibagikan di pertemuan kedua untuk para peserta yang pada waktu itu menyerahkan cerita dengan struktur yang paling jelas dan konflik yang paling menarik.
  16. Untuk meninjau ulang pelajaran hari itu sambil melemaskan otot-otot tangan, pelatih mengajak pemain bermain Cabut Kartu. 1. Peserta diminta melihat kartu kata yang sudah ditempel (sebelum kelas mulai) di dinding bagian belakang kelas. Setiap kartu berisi jawaban soal. Pelatih akan membacakan soal satu per satu.| 2. Peserta berdiri dan berbaris dalam dua kelompok. | 3. Anggota kelompok yang berdiri terdepan harus mencabut kartu yang benar dari dinding dan berlomba menyerahkannya pada pelatih, lalu lari ke bagian belakang barisan. Begitu seterusnya hingga semua soal habis dibaca.
  17. Sebagai pekerjaan rumah, peserta diminta mengerjakan soal-soal latihan tata bahasa.

Read more »

Monday, April 16, 2012

Dukungan Kak Seto terhadap Galeri Kelas Ajaib

 Fita Chakra dan Ratih Sue bersama Kak Seto di Minggu ke-5 Pelatihan Menulis untuk anak-anak Panti Muslimin

Ryah P. Rinni dan Wylvera Windayana bersama Ninda Reninta (Ketua Panitia Pelatihan, berbaju hijau) dan Kak Seto pada minggu pertama Pelatihan Menulis untuk anak-anak Panti Muslimin, Jakara Pusat.

Read more »

Diskusi Agenda Pelatihan Penulisan di Bank Indonesia






Bank Indonesia - 12 April 2012

Read more »

Pelatihan di SMP Pelita Harapan Internasional

Hari Selasa malam, pukul 19.00 WIB, Kak Agga dari Penerbit Mizan menelepon saya. Beliau meminta saya berbagi ilmu menulis di SMP Pelita Harapan International Lippo Cikarang. Walau sehari sebelumnya Kak Wiwik sudah memberitahukan pada saya tentang hal ini, tetap saja jantung saya dag-dig-dug mendengarnya. Perasaan saya waktu itu senang, karena saya mendapat kesempatan untuk berbagi ilmu menulis yang sedikit ini. Sekaligus bingung karena jam dan harinya adalah di saat jam kerja ( Kamis 29 Maret 2012 pukul 7.30 WIB) . Pada hari dan jam kerja seperti ini saya biasanya tidak bisa "keluar". Karena tidak ada yang menjaga anak saya Hauzan yang masih berusia 18 bulan di waktu saya memberikan materi nanti. Keluarga kami tidak mempunyai asisten rumah tangga.
Tapi, karena keinginan saya yang sangat kuat untuk berbagi ini, akhirnya saya menyetujui ajakan Kak Agga itu. Sekilas saya berpikir, Hauzan akan dijaga kakaknya Syifa, karena Syifa berangkat siang ke sekolah.
Malamnya, Kak Agga mengirim email ke saya yang berisi alamat dan jumlah siswa yang akan ikut pelatihan menulis ini. Setelah email itu saya baca, saya lalu mempersiapkan segala sesuatunya untuk presentasi saya di hari H.
Saya lalu minta ijin kepada suami untuk mengajak Hauzan dan Syifa pada hari kamis itu ke acara yang dimaksud. Suami pun mengijinkan. Tapi kemudian saya ingat, bagaimana dengan Hikmal yang pulang sekolah pukul 12.00 WIB? Sama siapa dia di rumah? Lalu saya coba menghubungi tetangga untuk menitipkan Hikmal pada mereka. Sayangnya mereka menyarankan saya mengajak Hikmal saja. Itu artinya mereka keberatan menjaga anak saya. Baiklah saya pikir sebaiknya saya mengajak Hikmal juga. Saya meminta suami agar bersedia cuti hari kamis untuk menjaga dan mengantar saya ke lokasi. Alhamdulillah semuanya dimudahkan oleh Allah. Suami ternyata berhasil mendapatkan cuti yang biasanya tidak bisa karena mengajukan surat cuti mendadak.
Hari Kamis pagi akhirnya kami sekeluarga berangkat menuju Lippo Cikarang. Hikmal saya ajak, saya sudah menelepon wali kelasnya untuk minta ijin. Sekitar pukul 6.10 WIB anak-anak sudah rapi. Kami pun siap berangkat. Saya berharap sampai di tujuan lebih awal. Apa daya ternyata harapan saya tidak sesuai dengan kenyataan. Kami terjebak macet di beberapa titik. Pertama di perlintasan kereta api menuju Tol Bekasi Barat. Ke dua, setelah beberapa menit di dalam tol, yang ke tiga , tiga kilometer dari pintu keluar dari Cikarang dan yang terakhir setelah keluar dari Tol Cikarang. Saya merasa bersalah ketika jam menunjukkan pukul 8.00 WIB sementara saya masih di dalam tol. Sementara seharusnya acara sudah dimulai setengah jam yang lalu. Saya segera menelepon Kak Agga untuk minta maaf atas kejadian ini. 
Setelah bermacet-macet di tol, saya akhirnya sampai di lokasi pukul 8.20 WIB. Saya bertemu dengan Kak Agga dan Mrs Meicky ( guru yang mengundang kami ke acara tersebut). Setelah minta maaf kepada mereka, acarapun dimulai. Kak Agga membukanya dengan memperkenalkan produk KKPK dan Pinkberry Club. Ternyata sekolah itu menjadikan salah satu buku KKPK sebagai salah satu buku "pelajaran" mereka.
Adik-adik itu cukup antusias mengikuti penjelasan saya. Selesai memberikan materi, saya dan Kak Agga memberikan tugas kepada mereka. Kami meminta mereka membuat sebuah cerpen, atau beberapa paragraf cerpen yang mereka ambil dari tema keseharian mereka. Kami memberikan waktu 7 menit untuk mereka menyelesaikan tugas itu.

Setelah 7 menit berlalu, Kak Agga dan Mrs Mecky mengumpulkan tugas adik-adik itu. Saya membaca dan memilah serta memilih cerpen yang menurut saya sangat bangus. Sementara Kak Agga melanjutkannya dengan memperlihatkan dan bercerita tentang acara Konferensi Penulis Cilik Indonesia yang diadakan Mizan beberapa waktu lalu.
 

Seperti yang diberitahukan oleh Mrs Meicky, ternyata adik-adik yang ikut pelatihan menulis kali ini beberapa diantaranya berbakat dalam menulis. Tulisan mereka cukup variatif. Ide mereka juga unik-unik. Ada yang membuat cerita fantasi, fabel, dan tentang cita-cita dan keinginan mereka. Saya yakin dan sangat berharap mereka mau melanjutkan membuat cerita dari ide keren yang mereka punya.
 

Akhirnya, seperti biasa, saya terpaksa harus memilih 3 cerpen yang paling keren. Kebetulan saya hanya membawa 2 buku saya untuk hadiah. Kak Agga juga tidak sempat mampir ke kantor untuk mengambil buku, untungnya dalam tas Kak Agga masih terselip satu gantungan kunci Mizan Fantasi. Salah satu cerpen yang saya pilih adalah yang dibuat oleh Gabriella. Alasan saya memilih cerpen Gabriella sebagai pemenang pertama adalah karena Gabriella berhasil membuat saya menangis (dalam hati) ketika membaca cerpennya, meskipun cerpen itu baru dua paragraf. Cerpen itu menceritakan tentang seorang anak yang tak sanggup memainkan piano yang diberikan sahabat tercintanya karena sang sahabat telah pergi keharibaan Tuhan untuk selamanya. Gabriella menulisnya dengan cara yang berbeda sehingga saya, Kak Agga dan Mrs Meicky ikut terhanyut ketika membacanya. Cerpen itu juga kami bacakan untuk teman-teman Gabriella. Teman-temannya juga setuju kalau cerpen itu layak mendapatkan hadiah novel Kania's Dream.
 

Selanjutnya saya memilih fabel yang ditulis oleh Monic. Fabel kucing yang bernama Nyanmaru yang ingin berlari dengan menggunakan sepatu roda. Saya menghadiahkan pictbook My Lovely Brownies kepada Monic.
 

Kak Agga memilih cerpen dengan tema perang antar galaxi yang terjadi 200 tahun yang lalu. Cerita ini dibuat oleh seorang anak laki-laki ( maaf saya lupa namanya) idenya sangat unik. Kami berharap mereka mau meneruskan tulisan itu menjadi sebuah novel atau cerpen. 
 

Pukul 11.30 WIB, acara pun selesai. Saya dan Kak Agga diajak makan siang ke kantin sekolah PHI. Karena saya membawa "rombongan", akhirnya saya minta ijin pulang lebih dulu. Kak Agga dan Mrs Mecky melanjutkan diskusi mereka.
 

Dari lubuk hati yang paling dalam, saya minta maaf atas keterlambatan kehadiran saya. Atas kekurangan dan keterbatasan materi yang saya berikan. Semoga suatu saat nanti saya bisa kembali berbagi ilmu bersama mereka. Terima kasih kepada Penerbit Mizan, melalui kak Agga dan Mas Benny Rhamdani serta kepada SMP PHI Cikarang, melalui Mrs Meicky atas kesempatan berharga yang diberikan kepada saya. [Nelfi Syafrina]

Read more »

Minggu ke-4 workshop penulisan “Ini Karyaku”

Workshop penulisan yang bertema “Ini Karyaku” sudah masuk minggu ke-4. Peserta yang berasal dari berbagai panti asuhan di Jakarta masih antusias datang dan mengikuti kegiatan ini di panti asuhan Muslimin, Jakarta.

Pada 8 April 2012, saya dan Firmanawaty Sutan berbagi materi soal dialog pada peserta.
Firma mengawali dengan membahas beberapa naskah dari peserta yang sudah dikumpulkan pada sesi  minggu sebelumnya.

Naskah tiap anak ditampilkan dalam slide dan ditunjukkan kekurangannya. Terutama dalam penulisan dialog. Tidak sampai di situ, dijelaskan pula pentingnya keberadaan dialog pada naskah, terutama pada naskah cerpen yang kebanyakan ditulis oleh peserta.

Selain untuk “pemanis”, seperti yang diungkapkan Firma, juga menjadi kekuatan naskah. Sehingga naskah tidak melulu berisi deskripsi panjang dan melelahkan untuk dibaca.

Dari naskah yang ditulis peserta, masih terlihat kelemahan dalam cara menuliskan dialog. Bahwa dialog itu harus diawali dan diakhiri dengan tanda kutip adalah poin pertama yang dijelaskan pada peserta. Juga penempatan tanda baca untuk dialog yang bersambung dengan kalimat keterangan. Sebab masih banyak yang tidak menggunakan tanda baca semisal koma (,) atau (.) sebagaimana mestinya.

Penulisan dialog pun beragam polanya. Firma menjelaskan adanya dialog yang berpola pada:
-       Dialog+ kalimat keterangan,
-       Kalimat keterangan+dialog,
-       Dialog+keterangan+dialog, dan
-       Dialog.

Untuk pola yang terakhir terutama untuk situasi percakapan dua orang yang sudah dijelaskan tokohnya di awal. Sehingga pembaca sudah akan mengetahui dialog tokoh mana saja yang tertulis meski tak ada keterangan tokoh pengucapnya.

Selain itu, untuk meminimalkan penggunaan keterangan “kata A, kata B, kata C, dan lain-lain”, peserta diminta mencari kata lain yang memiliki arti sama dengan itu. Contohnya dengan memakai kata “seru A, ungkap B, ujar C, seloroh D, dan lain sebagainya.”

Tak lupa, pemakaian tanda baca di akhir dialog selain titik (.) dan koma (,) yang sesuai dengan situasi cerita. Seperti tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

Penulisan dialog yang selalu diawali dengan huruf kapital menjadi perhatian tersendiri. Karena masih banyak peserta yang sering menuliskannya dengan huruf kecil. Di akhir sesi, peserta diminta untuk kembali memperbaiki naskah yang sudah dibuat sesuai dengan materi yang diberikan. [Sokat-08042012]

Read more »

Pelatihan Kepenulisan Anak Yatim Panti Muslimin hari #3 (25 Maret 2012)

Minggu ke tiga ini, saya dan Mbak Ichen membahas tentang karakter dan POV/ Sudut Pandang.
Pukul 13. 40 WIB, kami sampai di Panti Asuhan Muslimin. Ternyata belum satu pun adik-adik yang hadir. Ninda dan mahasiswa lainnya juga tidak terlihat. Untunglah 20 menit kemudian seorang dari panti asuhan membawa layar beserta infocusnya. Setelah memasang semua perlengkapan itu, saya dan Mbak Ichen menyalakan laptop dan menikmati sendiri video tentang karakter dari sebuah buku yang di donlod Mbak Ichen dari internet. Pukul 14. 35 WIB 3 orang adik peserta latihan menulis muncul, yaitu Yusup, Darma dan Putra. Lalu disusul oleh Siti Aminah, Istiqamah dan (lupa namanya). Karena waktu yang terus berjalan, akhirnya kami mulai kegiatan sore itu walau belum semua adik-adik hadir.

Saya menjelaskan cara membuat karakter yang kuat, sesuai pelajaran yang saya dapat dari Pak Kepsek Benny Rhamdani sewaktu di Kelas Ajaib tempo hari. Saya menjelaskan kepada mereka agar membuat biodata dari karakter yang akan mereka jadikan tokoh cerita, selengkap mungkin, termasuk kebiasaan baik dan kebiasaan buruk beserta ciri khas karakter mereka itu.

Selanjutnya saya menjelaskan tentang POV, sesuai dengan materi yang saya dapatkan dari pak Kepsek juga. Di tengah keseriusan saya dan adik-adik membahas materi ini, muncul lagi 3 orang adik dari panti asuhan lain.

Selanjutnya saya dan Mbak Ichen meminta mereka membuat sebuah karakter lengkap dengan biodatanya seperti yang saya sampaikan tadi.

Lima belas menit kemudian mereka selesai membuat tugas yang kami minta. Atas permintaan Ninda dan karena saya membaca tugas yang mereka buat tempo hari ( yang dikirim Tacik Ratih via emai). Ternyata mereka hanya membuat beberapa paragraf saja, akhirnya saya dan Mbak Ichen sepakat untuk meminta mereka membuat sebuah cerpen utuh sepanjang satu halaman folio. Dengan menggunakan ide, konflik dan karakter yang sudah mereka pelajari dalam 3 pekan terakhir.

setengah jam kemudian, mereka berhasil menyelesaikan sebuah cerpen, sesuai dengan yang kami minta. Ada paragraf pembuka, alur dan konflik serta ending. Tak lupa saya memberikan sedikit contoh dialog kepada mereka agar mereka bisa menyisipkan dialog dalam cerpen mereka. Selanjutnya kami langsung memeriksa dan mereview cerpen itu.

Kami membuat beberapa catatan di bawah cerpen mereka, kami langsung menjelaskan kepada mereka bagian yang harus diperbaiki dan ditambah atau dikurangi.

Untuk pekan mendatang saya harap trainer meminta kepada mereka cerpen yang sudah direvisi. karena kami mengembalikan cerpen itu kepada mereka dan meminta mereka menyelesaikannya di rumah dan membawanya pekan depan. [Nelfi Syafrina]

Read more »

Pelatihan Kepenulisan Anak Yatim Panti Muslimin hari #2 (25 Maret 2012)

KONFLIK & STRUKTUR
by Erna Fitrini & Ratih Soe


  1. Pembukaan: Pelatih memutar video klip: Andy Pandy: The Puddle lalu peserta diminta berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan secara tertulis (Siapa tokoh utama di cerita ini? | Siapa tokoh pendampingnya? | Apa tujuan/keinginan sang tokoh utama? | Apa hambatan song tokoh utama dalam mencapai tujuan/keinginannya?). --> Jawaban dibahas bersama.
  2. Pelatih menjelaskan apa itu konflik dan memberi contoh bagaimana menciptakan konflik (Seseorang bertujuan/ingin... tapi...)
  3. Latihan 1: Pelatih menulis "Andy mau ke sekolah tapi seragamnya belum kering | bisnya mogok | kesiangan | di jalan ada demo... (peserta berlatih menciptakan hambatan-hambatan lain)
  4. Latihan 2: Pelatih menulis "Loobyloo ingin makan nasi uduk tapi... (peserta berlatih menciptakan hambatan-hambatan tanpa diberi contoh)
  5. Pelatih menjelaskan struktur bangunan cerita: AWAL—ada tokoh dan tujuan/keinginan. | TENGAH—ada konflik yang meruncing. | AKHIR— ada penyelesaian masalah.
  6. Pelatih menulis contoh struktur cerita dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengecek penangkapan peserta: Apa tujuan Andy? Apa hambatan yang dia temui? Di bagian mana masalah meruncing? Bagaimana perasaan Andy ketika masalah meruncing? Bagaimana penyelesaian masalahnya? Siapa yang memecahkan masalah, Andy sendiri atau orang lain? Pak Udin memecahkan masalah Andy secara kebetulan atau sengaja?
  7. Latihan 3: Peserta nonton video klip Charlie & The Chocolate Factory (sudah diedit sesuai kebutuhan) lalu bekerja dalam kelompok untuk menulis struktur cerita dalam klip itu.
  8. Jawaban dibahas bersama. | AWAL Charlie ingin mendapatkan tiket emas Wonka tapi tak ada uang untuk beli cokelatnya. | TENGAH Karena berulang tahun, Charilie mendapat hadiah cokelat Wonka, tapi tidak ada tiket emas di dalamnya. | AKHIR Charlie menemukan uang di jalan, lalu membeli cokelat dan menemukan tiket emas.
  9. Latihan 4:  Peserta diminta memejamkan mata dan membayangkan seseorang (boleh diri sendiri atau orang lain) yang berada di suatu tempat, dalam suatu kurun waktu dan apa yang orang itu tuju/inginkan, serta membayangkan hambatan yang dihadapi sang tokoh.  Pelatih memberi contoh secara lisan, lalu peserta diminta membuka mata dan menuliskannya dalam satu kalimat saja.
  10. Latihan 5:  Peserta diminta kembali memejamkan mata dan membayangkan bagaimana masalah memanas, konflik meruncing, emosi sang tokoh naik.  Pelatih memberi contoh secara lisan, lalu peserta kembali diminta membuka mata dan menuliskannya dalam satu kalimat saja.
  11. Latihan 6:  Peserta diminta kembali memejamkan mata dan membayangkan penyelesaian masalah (dari diri sendiri/ pertolongan orang/ keberuntungan).  Pelatih memberi contoh secara lisan, lalu peserta kembali diminta membuka mata dan menuliskannya dalam satu kalimat saja.
  12. Pelatih berkeliling memeriksa tiga kalimat yang ditulis peserta, memeriksa pekerjaan peserta dan membantu peserta yang mengalami kesulitan. Pelatih lalu mengatakan Tiga kalimat yg baru saja kalian tulis tadi sudah membangun struktur cerita.  Mudah bukan? 
  13. Pelatih men jelaskan tiga langkah dalam menulis cerita:  1. Membangun struktur (ibarat membangun pondasi, rangka dinding dan rangka atap.  2. Mencari bahan melalui Asdikamba (apa, siapa, di mana, kapan, mengapa, bagaimana; ibarat belanja material seperti tegel, batu bata, semen)  3. Merangkai cerita (ibarat membangun di struktur/kerangka bangunan menggunakan material yang sudah terkumpul (kalau bahan masih kurang, harus "belanja material" lagi).
  14. Pelatih memunculkan contoh struktur cerpen Pentas Terakhir
  15. Pelatih memunculkan Asdikamba yang dibuat ketika menulis cerpen Pentas Terakhir
  16. Latihan 7:  Peserta diminta saling menukar kertas dan saling mengajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya untuk mencari bahan mengisi detil cerita.  Pelatih berkeliling dan memberi bantuan jika diperlukan.
  17. Pelatih memunculkan cerpen Pentas Terakhir dan kembali mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menguji pemahaman peserta tentang apa itu hambatan, konflik yang meruncing, dan penyelesaian.
  18. Tugas:  Peserta diminta mengeksekusi struktur yang sudah mereka buat dan terus-menerus menggunakan Asdikamba di dalam hati untuk membuat bangunan cerita menjadi utuh.
  19. Pelatih menunjuk acak beberapa peserta untuk membacakan ceritanya satu per satu. Yang lain diminta menelaah konflik dan strukturnya.
  20. Penutup: Peserta yang belum mengumpulkan tugas diminta menyerahkan tugasnya pada pelatih di minggu ketiga. Pelatih bertanya apa yang sudah dipelajari hari itu, mengingatkan agar tidak datang terlambat minggu depan, dan minta mereka mengumpulkan tugas minggu lalu.[Ratih Soe]

Read more »

Pelatihan Kepenulisan Anak Yatim Panti Muslimin - 18 Maret 2012

Tanggal 18 Maret 2012 kemarin merupakan hari yang sangat menyenangkan buat saya. Dua jam yang  saya lewati sangat berkesan dan memberikan hikmah besar  tentang makna kata “berbagi”. 
 
Begitulah, di hari Minggu itu, saya dan Dyah P. Rinni (Trainers dari Galeri Kelas Ajaib) memberikan sejumput pengetahuan dan pengalaman tentang menulis yang kami miliki kepada adik-adik dari berbagai panti asuhan yang ada di Jakarta. Kebetulan lokasi yang dipakai untuk menggelar pelatihan, letaknya di Panti Asuhan Muslimin, Jalan Kramat Raya No.11, Jakarta Pusat. Sementara adik-adik panti itu berasal dari Panti Asuhan Dorkas, Putra Bangsa, Vincentius, Hati Suci dan Muslimin sendiri. Ada 15 anak yang mengikuti pelatihan pada hari itu.

Setelah menunggu hampir setengah jam, pelatihan akhirnya dibuka tepat pukul 14:30 WIB oleh saya dengan salam dan perkenalan. Saya mengatakan kalau dua minggu sebelumnya, beberapa teman kami dari Galeri Kelas Ajaib sudah mengawali kegiatan ini di kampus PPM Mandiri yang terletak di Jalan Tugu Tani, Jakarta Pusat. Anggukan kepala mereka menambah gairah saya untuk mengenal mereka satu-persatu. Mereka pun menyebut nama dan asal panti mereka.

 Setelah suasana mencair dan perhatian mereka sudah terpusat kepada saya yang berdiri di depan kelas, saya pun mengawali sesi pelatihan dengan materi “Mencari, Menemukan, dan Menggali Ide” untuk sebuah kisah yang ingin mereka tuliskan kelak. Hal pertama yang saya ajukan kepada mereka adalah, sejauh mana pemahaman mereka tentang arti kata “Ide” tersebut. Mereka berebutan mengacungkan tangan untuk menjawab dan semua jawaban itu benar. Saya hanya sedikit saja melengkapinya agar mereka semakin paham dan mengerti.

Selanjutnya penyajian materi bergulir dengan lancar. Saya katakan kepada mereka, “Jika kalian tak ingin kehabisan ide, maka banyaklah membaca, mendengar, melihat, dan merasakan.” Mereka begitu antusias dan tak sabar untuk memraktekkan kemampuan mereka dalam mengurai ide yang bermunculan di kepala mereka.

Untuk menyambut keantusiasan itu, rekan saya Dyah P. Rinni pun membagikan sebuah cerita untuk mereka bedah dan ulas bersama. Kami membagi mereka ke dalam tiga kelompok diskusi. Meskipun di awal-awal saya melihat kebigungan di mata mereka, namun luar biasa, hasil diskusi dan bedah cerpen ala Chicken Soup for the Soul yang mereka baca, sangat memuaskan. Mereka begitu lancar menuliskan pendapatnya tentang bacaan yang kami sajikan.

Ada pertanyaan yang menghampiri saya di sela-sela pelatihan itu, “Kak, saya sebenarnya senang sekali menulis, tapi kalau lagi asyik menulis sendiri, tiba-tiba teman-teman datang dan ramai, pasti saya enggak bisa lagi melanjutkan tulisan saya. Hilang semuanya,” paparnya dengan wajah serius. Lalu saya jawab, “Kalau itu kendalanya, kamu bisa mengambil waktu dan tempat, di mana kamu bisa terbebas dari teman-temanmu sampai tulisanmu selesai. Atau saat kamu asyik menulis tiba-tiba terganggu oleh keramaian, kamu bisa membuat catatan singkat di bawah tulisan yang tertunda itu tentang apa selanjutnya nanti yang ingin kamu tulis, sehingga ide kamu enggak menguap begitu saja.” Dia mengangguk-angguk dan mulai memahami.  Saya tambahkan lagi, jika mereka tak ingin ide yang sudah mereka dapat menghilang begitu saja, saya anjurkan mereka mencatatnya di buku saku, dan buku itu hendaknya mereka bawa ke mana pun mereka pergi.
Anak yang lain beda pula pertanyaannya. “Kak, saya itu terkadang punya banyak ide yang ingin dituliskan, tapi saat ingin menulis kok gak bisa-bisa ya? Mampet di otak, enggak bisa keluar kata-katanya,” ujarnya. Saya memberikan anjuran, untuk ide-ide yang sulit dituangkan ke dalam tulisan itu, kuncinya perbanyak lagi membaca. Dengan banyak membaca, maka mereka lambat laun akan menemuukan kosa kata apa yang ingin mereka pakai untuk mengurai ide-ide yang berjejal di kepala mereka. Sama seperti ketika mereka curhat ke teman  mereka atau saat mereka curhat di buku harian mereka, maka seperti itu pula lah hendaknya mereka menggerakkan jari-jarinya saat menulis. “Oh, begitu ya Kak? Jadi enggak perlu takut-takut salah menuliskannya?” tanyanya lagi. “Iya, jangan pikirkan takut salah, EYD nya berantakan atau apalah yang bisa menghambat semangat kamu memulai menulis,” jawab saya membuatnya tersenyum malu-malu.

Di sela-sela pelatihan ada yang membuat saya begitu terkejut. Kehadiran Kak Seto, selaku penanggung jawab semua kegiatan tersebut membuat saya senang sekali. Beliau masuk ke kelas dan mengajukan pertanyaan sekilas tentang materi apa yang sedang kami berikan. Selain itu, beliau juga menyempatkan diri berinteraksi dengan adik-adik panti. Kehadiran Kak Seto saya rasakan bagai suntikan semangat buat adik-adik panti asuhan.
Tepat jam 16:30 WIB kegiatan pelatihan di sesi “Mencari, Menemukan, dan Menggali Ide” pun berakhir dengan menyajikan pertanyaan kuis. Ada tiga adik dari tiga panti yang mendapatkan hadiah untuk jawaban kuis yang tepat. 

Tak lengkap rasanya kalau tidak mengabadikan kebersamaan kami dengan sesi foto bersama.

Terakhir, terimakasih saya kepada Dyah P. Rinni atas kerja keras dan kesungguhannya membukakan jalan kepada Trainers Galeri Kelas Ajaib khususnya saya, sehingga saya begitu menikmati dan merasakan hikmah berbagi ilmu di Panti Asuhan itu. Semoga masih ada kesempatan di lain waktu untuk kembali beratatap muka dengan adik-adik ini.
Salam.
Bekasi, 18 Maret 2012. 

Read more »